cover
Contact Name
Mochamad Rochim
Contact Email
mochammad.rochim@unisba.ac.id
Phone
+6224-8508013
Journal Mail Official
yasir.alimi@gmail.com
Editorial Address
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/komunitas/about/editorialTeam
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
KOMUNITAS: INTERNATIONAL JOURNAL OF INDONESIAN SOCIETY AND CULTURE
ISSN : pISSN246     EISSN : eISSN246     DOI : DOI: 10.15294/komunitas.v8i1.4516
Core Subject : Education, Social,
Di Data GARUDA saya, jurnal KOMUNITAS yang diterbitkan oleh UNNES belum terakreditasi, seharusnya sudah terakreditasi SINTA 2 sesuai data SINTA. https://sinta.kemdikbud.go.id/journals?q=komunitas
Articles 15 Documents
Search results for , issue "Vol 6, No 2 (2014): September 2014" : 15 Documents clear
The Role of Social Cohesion to Reduce Social Conflict in Tourist Destination Area Sari, Suzanna Ratih; Suwarno, Nindyo; Nuryanti, Windu; Diananta, Diananta
Komunitas Vol 6, No 2 (2014): September 2014
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/komunitas.v6i2.3308

Abstract

There are some concerns that tourism development may result in the losing of cultural identity including social cohesion of local people. This research gives different evidencees. The research found that people in Borobudur maintain their traditional value to reduce social conflict. Through direct interaction between tourists and Borobudur people, many of traditional values including social cohesion of the society are eroded.  This becomes the fact that each people only tried to collect dollar from tourists as much as possible by ignoring togetherness as traditional principle of their live. This may create disharmony among the society. To eliminate this gap, people tried to tighten the relationship through re-empowering traditional social cohesion called “guyub” and “gotong-royong”. It is expected that integrity  and cohesiveness in a social structure could always be maintained. Along with this, satisfying and maintaining at least the traditional social cohesions of  destination community is vital to reduce social conflict.Ada beberapa kekhawatiran bahwa pengembangan pariwisata dapat menyebabkan daerah tujuan wisata kehilangan identitas budaya mereka termasuk kohesi sosial masyarakat. Penelitian ini dilakukan secara kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus. Penelitian ini menemukan bahwa masyarakat Borobudur sangat peduli terhadap nilai-nilai tradisional untuk mengatasi masalah yang dimunculkan pariwisata. Melalui interaksi langsung antara wisatawan dan masyarakat sebagai host tujuan wisata, banyak nilai-nilai tradisional termasuk guyub sebagai kohesi sosial masyarakat yang terkikis. Hal ini menjadi fakta bahwa setiap orang memikirkan diri sendiri mencoba untuk mengumpulkan dollar dari wisatawan sebanyak mungkin dengan mengabaikan kebersamaan/guyub sebagai prinsip dalam hubungan sosial mereka. Hal ini dapat membuat ketidakharmonisan di antara masyarakat. Untuk menghilangkan kesenjangan ini, orang mencoba mempererat tali silaturahmi dengan memberdayakan kembali kohesi sosial yang disebut “guyub” dan “gotong-royong”. Diharapkan integritas dan kekompakan dalam struktur sosial dapat selalu dipertahankan. Seiring dengan ini, mempertahankan peran kohesi sosial tradisional dari masyarakat di daerah tujuan wisata sangat penting untuk mengurangi konflik sosial.
Negotiation of Gender Relations Meaning among Female Interpretation Community in Housing and Village Settlement Lestari, Sri Budi; Wiryopranoto, Suhartono; Simatupang, GR Lono Lastoro
Komunitas Vol 6, No 2 (2014): September 2014
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/komunitas.v6i2.3270

Abstract

The sitcom of Husbands fearing Wives (SSTI-Suami-Suami Takut Istri), is one of the private television sitcoms which highlights violence as a joke to provoke laughter of its audiences. In SSTI, the joke involves the concept of gender, exchanging the role of women and men which has been socially and culturally constructed. One of the main objectives of this study is to analyze the role of the interpretation community in understanding the gender relations in SSTI sitcom. The study aims to discover the media interpretation by a group of female audiences living in the village and sub-district of Tembalang, Semarang. The results show that the negotiation of interpretation community on SSTI sitcom is not in line with the goal of the media; because the nature of men and women roles that are exchanged is interpreted as an “abnormal” relation. Therefore, the hierarchical power relation between men and women which tends to disadvantage women, for interpretation community is regarded as a normal natural.Tayangan sinetron komedi Suami-suami Takut Istri (SSTI), merupakan salah satu program televisi swasta yang menonjolkan kekerasan sebagai lelucon untuk tujuan memancing tawa. Dalam prakteknya SSTI melibatkan konsep jender, yang mempertukarkan sifat-sifat perempuan dan laki-laki  sebagai hasil kontruksi secara sosial maupun kultural. Salah satu tujuan penelitian ini ingin menganalisis peran komunitas interpretasi dalam pemaknaan tentang relasi jender pada tayangan sinetron SSTI. Penelitian ini berlangsung pada penonton perempuan yang tinggal di perumahan dan perkampungan wilayah kecamatan Tembalang, kota Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa negosiasi komunitas interpretasi pada tayangan sinetron SSTI tidak sejalan dengan arahan media karena ternyata sifat laki-laki dan perempuan yang dipertuarkan dimaknai sebagai relasi yang tidak ‘normal’. Dengan demikian relasi kuasa hirarkis antara laki-laki dan perempuan  yang cenderung merugikan perempuan bagi komunitas interpretasi justru dianggap sebagai suatu relasi yang normal serta dipahami  sebagai kodrat kultural.
From Personal to Social Transformation: A Phenomenological Study on the Life of ‘Kyai Kampung’ Kafid, Nur
Komunitas Vol 6, No 2 (2014): September 2014
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/komunitas.v6i2.3313

Abstract

The study aims to explore phenomenologically the experiences of “kyai kampong” at Madrasah ‘Tasywiqul Mustarsyidin’ Demak, Central Java, Indonesia. This study specifically emphasizes how personal transformation could result into larger social transformation. The experiences of Kyai Kampung at Maredan Village, Demak, Central Java reveals that certain principles of life drawn from a rich religious tradition have empowered local religious leader to transform himself  and his community. Religious tradition and local wisdom shape their daily life and  self-identity. Under the pressure of modernization and globalization values which are dominated by the value of consumerism and materialism, the kyais are still holding strongly the value of ‘ikhlas’ in their teaching tradition. Even though they strongly hold Islamic religious teaching, they do not ignore  the importance of local culture in their daily lives.Studi ini, secara fenomenologis dilakukan untuk mengeksplor pengalaman hidup (dalam mengajar) para Guru di Madrasah ‘Tasywiqul Mustarsyidin’ Desa Maredan, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, dengan menekankan pada proses refleksi sosial-keagamaan yang menghasilkan adanya transformasi personal dan sosial. Pengalaman hidup para Kyai Kampung ini sangatlah unik. Tradisi dan kearifan lokal menjadi ciri khas identitas dan gaya hidup mereka sehari-hari. Meski arus modernisasi dan globalisasi yang didominasi oleh nilai-nilai konsumerisme dan materialisme juga deras mengalir dalam berbagai sendi kehidupan sosial di sana, tetapi prinsip hidup ‘Ikhlas’ tetap menjadi hal utama bagi mereka. Meskipun ajaran Islamnya sangat kuat, tetapi para Kyai Kampung ini tidak pernah mengabaikan nilai-nilai tradisi dan kearifan lokal dalam praktek kehidupan sehari-hari.
The Impact of State Intervention on Social Capital of Fishermen Community in Small Islands Anwar, Sakaria J; Kolopaking, Lala M; Kinseng, Rilus A; Hubeis, Aida Vitayala S.
Komunitas Vol 6, No 2 (2014): September 2014
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/komunitas.v6i2.3304

Abstract

This paper aims to discuss the impact of state intervention on social capital of fishermen community in small islands. The research was conducted in Barrang Lompo Island, Makassar. The data was collected through in-depth interview and limited observation from twelve informants determined by snowball sampling. Questionnaires were also spread to about 40 respondents. The data was then analyzed qualitatively to explain research’s data and facts. The results of the research show that state intervention for the last ten years on small islands communities has impact on various aspects such as the diminishing loyalty and trust among locals to the government. Therefore, the intervention reduce the community’s participation, individually and collectively, in development activities. The situation, in turn, could affect the diminishing political capacity of the locals and government in the implementation of development in the islands. The state intervention, however, strengthened social solidarity, local value practices and the enthusiasm to understand religious values which in turn could tighten the internal bond of a community. This bond can become a potential strength to build communities in small islands. Tulisan ini bertujuan untuk mendiskusikan dampak intervensi negara pada kapital sosial komunitas nelayan di pulau-pulau kecil. Penelitian ini dilakukan di Pulau Barrang Lompo, Makassar. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan observasi terbatas dari dua belas informan ditentukan oleh snowball sampling. Kuesioner juga menyebar ke 40 responden. Data tersebut kemudian dianalisis secara kualitatif untuk menjelaskan data penelitian dan fakta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intervensi negara selama sepuluh tahun terakhir pada masyarakat pulau-pulau kecil memiliki dampak pada berbagai aspek seperti, mengurangi loyalitas dan kepercayaan di antara penduduk setempat kepada pemerintah. Oleh karena itu, partisipasi mereka, secara individu dan kolektif, dalam kegiatan pembangunan kurang. Ini akan berakibat pada berkurangnya kapasitas politik penduduk setempat dan kapasitas pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan pulau. Kendati demikian intervensi negara juga memperkuat solidaritas sosial, praktek nilai lokal dan semangat untuk memahami nilai-nilai agama yang pada gilirannya dapat memperkuat ikatan internal masyarakat. Ikatan ini selanjutnya dapat menjadi kekuatan potensial untuk membangun masyarakat di pulau-pulau kecil.
Foreign Animation Films and the Rising of Anti-Multiculturalism among Parents Angeningsih, Leslie Retno; Astuti, Nuraini Dwi
Komunitas Vol 6, No 2 (2014): September 2014
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/komunitas.v6i2.3309

Abstract

As the impact of globalization, foreign animation films such as Shin Chan from Japan, Krishna from India, Upin-Ipin from Malaysia, Batman and many others from the US are very popular in Indonesia. Those films supposed represent cultures of each nation, so that people can learn multiculturalism. However, those films create inversely. This study aims to know how foreign animation films affect on the rising of anti-multiculturalism among Indonesian parents. Survey is conducted on parents with kindergarten or elementary children in Yogyakarta. The results show that children prefer to watch foreign animation films compare to domestic one. They are more likely to imitate their favorite animation stars by behaving violently, speaking harshly, and disrespectfully to parents.  As a result parents tend to blame their children changing behavior on foreign cultures as bad and impolite compare to their own culture. Instead of encouraging better understanding on multiculturalism, foreign animation films has raised anti-multiculturalism among parents.Sebagai dampak globalisasi, film animasi asing seperti Shin Chan dari Jepang, Krishna dari India, Upin Ipin - dari Malaysia, Batman dan banyak lainnya dari Amerika Serikat sangat populer di Indonesia. Film-film seharusnya mewakili budaya masing-masing negara, sehingga orang dapat belajar multikulturalisme. Namun, film-film ini dapat pula berakibat sebaliknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana film animasi dari luar bisa berpengaruh pada peningkatan anti-multikulturalisme pada orang tua di Indonesia. Survey dilakukan pada orang tua yang memiliki anak TK atau SD  di Yogyakarta. Hasil menunjukkan bahwa anak-anak lebih memilih untuk menonton film animasi asing dibandingkan dengan film dalam negeri. Mereka lebih cenderung untuk meniru bintang animasi favorit mereka dengan berperilaku keras, berbicara kasar, dan tidak hormat kepada orang tua. Akibatnya, orang tua cenderung menyalahkan anak-anak mereka perilaku yang berubah pada budaya asing sebagai buruk dan tidak sopan dibandingkan dengan budaya mereka sendiri. Alih-alih mendorong pemahaman yang lebih baik tentang multikulturalisme, film animasi asing telah meningkatkan anti-multikulturalisme di kalangan orang tua.
Encountering Muslim ‘Others’: Indonesians in the Muslim Diaspora of London Wardana, Amika
Komunitas Vol 6, No 2 (2014): September 2014
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/komunitas.v6i2.3078

Abstract

The article investigates the social relations between Indonesian immigrants and the multicultural Muslim community in London by examining the applicability of the Ummah concept, in the context of the diaspora. The Muslim diaspora, though their similarity of faith, has always contained internal diversity and fragmentation. Likewise, different religious trajectories of Muslim immigrants as illustrated by Indonesians in London have been identified to shape different understandings of unity and diversity of Muslims, which forge different forms of social relation with fellow Muslim immigrants in the city. The traditionalist London Indonesians have trivialized the unity of Muslim in diaspora through daily encounters yet maintained inevitable different ethnic affinities and religious-sectarian affiliations as a wall dividing them altogether. The revivalist Indonesians have construed the diasporic unity of Muslims as an idealized-normative concept that should be realized socially, culturally and politically by suppressing internal ethnic, national and religious-sectarian fragmentations. While the secularist Indonesians have shown an apathetic position to the implausibility of the diasporic unity of Muslims due to its irreconcilable perceived internal diversities and divisions.Artikel ini menelaah pola relasi sosial antara imigran Indonesia dengan masyarakat Muslim multikultural di London dengan menguji kesesuaian konsep kesatuan Ummat Islam dalam konteks diaspora. Meskipun memiliki persamaan iman, diaspora Muslim selalu terbangun dalam perbedaan internal dan perpecahan. Demikian pula dengan arah perkembangan religiusitas imigran Muslim yang beraneka-ragam termasuk yang berasal dari Indonesia yang pada akhirnya membentuk beberapa pola relasi sosial dengan komunitas Muslim lainnya di kota ini. Kelompok Muslim Indonesia tradisional menganggap biasa konsep kesatuan Ummat Islam dalam perjumpaan sehari-hari dengan komunitas Muslim lainnya sehingga tetap menjaga jarak berdasarkan perbedaan etnis dan afiliasi tradisi keagamaannya. Kelompok Muslim Indonesia revivalist memahami kesatuan Ummat sebagai konsep ideal yang perlu direalisasikan dalam kehidupan sosial, budaya dan politik sekaligus mengubur potensi perpecahan karena perbedaan etnis dan tradisi keagamaan. Sebaliknya, kelompok imigran Indonesia sekuler menunjukkan sikap apatis terhadap kesatuan Ummat karena adanya perbedaan dan perpecahan internal Ummat Islam yang tidak mungkin didamaikan.
The Socialization Model of National Character Education for Students in Elementary School Through Comic
Komunitas Vol 6, No 2 (2014): September 2014
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/komunitas.v6i2.3305

Abstract

Realizing the character building on students is a national education goal. The character education is very important for the students. Therefore, the socialization and enculturation of national character education in schools by using an effective and efficient method are needed. This study aims to understand the process of socialization of character education in elementary school, to find the effective way of socialization models of national character education for students in elementary school through comics, and to determine the impact of socialization models of national character education for students in elementary school through the comic for the character building of students. This research was conducted using qualitative methods (Research Development). The data collection techniques used were interviews, observation and documentation. The results show that the socialization of the nation’s character education in primary schools is done in several ways; integrated with in the curriculum through the school management, and through extracurricular programs. Those ways do not seem to produce maximum results. Socialization model of the national character of education in the elementary schools through the comic is more effective to apply, because students are more interested in the visualization of interesting and familiar images.Menyadari pembangunan karakter siswa adalah tujuan pendidikan nasional. Pendidikan karakter sangat penting bagi para siswa. Oleh karena itu, sosialisasi dan enkulturasi pendidikan karakter bangsa di sekolah-sekolah dengan menggunakan metode yang efektif dan efisien diperlukan. Penelitian ini bertujuan untuk memahami proses sosialisasi pendidikan karakter di sekolah dasar, untuk menemukan cara yang efektif untuk model sosialisasi pendidikan karakter bangsa bagi siswa di sekolah dasar melalui komik, dan untuk menentukan dampak dari model sosialisasi pendidikan karakter bangsa bagi siswa di sekolah dasar melalui komik untuk membangun karakter siswa. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif (Research Development). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil menunjukkan bahwa sosialisasi pendidikan karakter bangsa di sekolah dasar ini dilakukan dengan beberapa cara, terintegrasi dengan subjek termasuk, melalui manajemen sekolah, dan melalui program ekstrakurikuler. Mereka cara tampaknya tidak menghasilkan hasil yang maksimal. Model Sosialisasi karakter nasional pendidikan di sekolah dasar melalui komik lebih efektif untuk diterapkan, karena siswa lebih tertarik pada visualisasi gambar yang menarik dan akrab.
Public Perception on Historical Landscape of Ethnic Immigrant Heritage in Heritage City of Baubau
Komunitas Vol 6, No 2 (2014): September 2014
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/komunitas.v6i2.3310

Abstract

As a one of the heritage cities in Indonesia, Baubau has many historical heritages which are not only created by local ethnics but also by immigrants. There are three historical landscapes created by the immigrants like China Town by Chinese, Waliabuku by Bugisnese, and Ngkaring-Ngkaring by Balinese. Until now, proper management to preserve the landscapes does not exist and it remains unknown whether this phenomenon is caused by the public perception who think that historical landscapes of immigrants as an unimportant heritage. The objective of this study is to investigate the public perception of historical landscapes that are created by immigrant in Baubau city as an heritage city in Indonesia. The results of survey show that the public regard all historical landscapes must be preserved. However, the landscapes created by the ethnic of Chinese have the lowest degree of public selection as compared to the ethnics of Bali and Bugis. The situation is triggered by the stereotype on the ethnic of Chinese which state that they tend to be more closed and reserved. Sebagai salah satu kota pusaka di Indonesia, Baubau memiliki banyak peninggalan sejarah bukan hanya yang dibentuk oleh etnis lokal, tetapi juga oleh etnis pendatang. Setidaknya terdapat tiga lanskap sejarah yang dibentuk oleh etnis pendatang yaitu lanskap pecinan oleh etnis Tionghoa, lanskap Waliabuku oleh etnis Bugis, dan lanskap Ngkaring-Ngkaring oleh etnis Bali. Sampai saat ini belum ada pengelolaan untuk melestarikan ketiga lanskap tersebut dan belum diketahui apakah fenomena ini dipengaruhi oleh persepsi masyarakat yang merasa lanskap peninggalan etnis pendatang tidaklah penting? Tujuan penelitian ini yaitu mengkaji persepsi masyarakat terhadap lanskap sejarah peninggalan etnis pendatang sebagai aset pusaka Kota Baubau sebagai kota pusaka Indonesia. Hasil yang diperoleh dari survei yang dilakukan, masyarakat umumnya menganggap seluruh lanskap sejarah harus dilestarikan tidak memandang apakah dibentuk oleh etnis lokal atau pendatang. Meskipun demikian, lanskap yang dibentuk oleh etnis Tionghoa memiliki derajat pemilihan paling rendah dari lanskap yang dibentuk etnis Bali dan Bugis. Hal ini disebabkan oleh adanya stereotip akibat karakter etnis Tionghoa yang dianggap masyarakat cenderung tertutup di Kota Baubau.
Tawuran Pelajar: Solidarity in the Student Group and its Influence on Brawl Behaviour Malihah, Elly; Maftuh, Bunyamin; Amalia, Rizki
Komunitas Vol 6, No 2 (2014): September 2014
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/komunitas.v6i2.3301

Abstract

This research is motivated by the reality of the student brawls as a result of increasing solidarity within the students group. This problem emerges as a challenging issue for our education. This study aims to find an answer to the question of how solidarity within student groups in influencing the brawl behavior. The study used a qualitative approach and case study method. Data was collected through interviews, observation, documentary studies, and literature. The findings of the study are: (1) the brawl between students is triggered by hostility, disputes, or conflicts among student groups. (2) The recruitment process of a student groups is natural and based on the proximity of their house location or place of residence, mutual interests, as well as their hang out place. (3) The process of solidarity formation among group members begins with the casual interaction, carrying out activities together, and establishing the feeling of unity. (4) This established group solidarity leads the students to conduct the brawls when their group is under the threat from the other groups. The students will also do the brawls when there are conflicts among students groups and they fail to fulfill their developmental needs as a teenager.Penelitian ini dilatarbelakangi oleh realitas maraknya tawuran dikalangan pelajar sebagai dampak dari meningkatnya solidaritas dalam kelompok. Masalah tersebut menjadi tantangan dunia pendidikan. Penelitian ini ingin memperoleh jawaban atas pertanyaan bagaimana solidaritas pada kelompok pelajar dalam mempengaruhi perilaku tawuran. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode studi kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi, dan studi literatur. Temuan penelitian: (1) Tawuran antar pelajar yang terjadi dikarenakan perumusuhan, pertikaian atau konflik yang ada diantara kelompok-kelompok pelajar. (2) Proses pelajar menjadi anggota kelompok bersifat alamiah dan didasari karena kedekatan letak rumah atau tempat tinggal, minat yang sama, serta satu tempat tongkrongan. (3) Proses pembentukan solidaritas dimulai dari interaksi diantara sesama anggota kelompok, kegiatan yang dilakukan bersama-sama hingga akhirnya keterlibatan perasaan. (4) Solidaritas yang terbentuk menyebabkan tawuran antar pelajar selama ada ancaman dari kelompok lain, terjadinya konflik diantara kelompok-kelompok pelajar, serta tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan perkembangan pelajar sebagai remaja.
Oil & Community Welfare: A Case Study on People Oil Mining in Indonesia Brata, Nugroho Trisnu
Komunitas Vol 6, No 2 (2014): September 2014
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/komunitas.v6i2.3306

Abstract

Usually in the oil mining area was exploited by oil company that under licensed from the state. Nevertheless on an oil mining field in East Java Province in Indonesia there is people oil mining that exploited and distributed by the people. They are working on the people oil mining area. Working is a phenomenon inherent to adults in satisfying their needs. People work for a multitude of motivation. Working may lead a particular worker to occupy certain social status within the society. This paper aims to examine the phenomenon of people working in the oil distribution link from people oil mining  to consumer. More specifically, this study aims to describe the impacts of working in the oil mining on the miners’ social and economic life. The method used in this research is ethnography. Data were collected through observation, in-depth interviews, note taking, and recording. The location of research is in a petroleum artisanal mining area in East Java Province. The results showed that the impact of working in the oil distribution link from people oil mining to consumer is the generation of income used to meet the basic needs, to purchase personal means of transportation, to purchase some piece of land, and to pay for the children’s education.Biasanya ladang minyak dieksploitasi perusahaan yang memperolehy ijin dari negara. Akan tetapi ada ladang minyak di Jawa Timur yang dieksploitasi oleh masyarakat. Mereka bekerja pada ladang seperti  itu. Pekerja memiliki motivasi bermacam-macam dalam pekerjaanya. Bekerja membantu seseorang memperoleh status tertentu dalam masyarakat. Artikel ini bertujuan untuk menelaah fenomena pekerja ladang minyak. Pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: (1) mengapa orang bekerja di ladang minyak?; (2) bagaimana kesejahteraan mereka?; dan (3) bagaimana pengaruh bekerja di ladang minyak pada kehidupan sosial dan ekonomi para pekerja?. Penelitian menggunakan metode etnografi. Penelitian dilakukan di Jawa Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan yang diperoleh digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar, membeli alat transportasi pribadi, membeli tanah dan membayar pendidikan anak.

Page 1 of 2 | Total Record : 15


Filter by Year

2014 2014


Filter By Issues
All Issue Vol 15, No 1 (2023): March Vol 14, No 2 (2022): September 2022 Vol 14, No 1 (2022): March 2022 Vol 14, No 2 (2022): September Vol 13, No 2 (2021): September 2021 Vol 13, No 1 (2021): March 2021 Vol 12, No 2 (2020): September 2020 Vol 12, No 1 (2020): March 2020 Vol 12, No 2 (2020): September Vol 12, No 1 (2020): March Vol 11, No 2 (2019): September 2019 Vol 11, No 1 (2019): March 2019 Vol 11, No 1 (2019): Komunitas, March 2019 Vol 11, No 2 (2019): September Vol 10, No 2 (2018): Komunitas, September 2018 Vol 10, No 2 (2018): September 2018 Vol 10, No 1 (2018): Komunitas, March 2018 Vol 10, No 1 (2018): March 2018 Vol 10, No 1 (2018): Komunitas, March Vol 9, No 2 (2017): September 2017 Vol 9, No 2 (2017): Komunitas, September 2017 Vol 9, No 1 (2017): Komunitas, March 2017 Vol 9, No 1 (2017): March 2017 Vol 9, No 1 (2017): Komunitas, March 2017 Vol 8, No 2 (2016): Komunitas, September 2016 Vol 8, No 2 (2016): September 2016 Vol 8, No 2 (2016): Komunitas, September 2016 Vol 8, No 1 (2016): Komunitas, March 2016 Vol 8, No 1 (2016): Komunitas, March 2016 Vol 8, No 1 (2016): March 2016 Vol 7, No 2 (2015): Komunitas, September 2015 Vol 7, No 2 (2015): Komunitas, September 2015 Vol 7, No 2 (2015): September 2015 Vol 7, No 1 (2015): Komunitas, March 2015 Vol 7, No 1 (2015): March 2015 Vol 7, No 1 (2015): Komunitas, March 2015 Vol 6, No 2 (2014): Komunitas, September 2014 Vol 6, No 2 (2014): Komunitas, September 2014 Vol 6, No 2 (2014): September 2014 Vol 6, No 1 (2014): March 2014 Vol 6, No 1 (2014): Lokalitas, Relasi Kuasa dan Transformasi Sosial Vol 6, No 1 (2014): Lokalitas, Relasi Kuasa dan Transformasi Sosial Vol 5, No 2 (2013): September 2013 Vol 5, No 1 (2013): March 2013 Vol 5, No 2 (2013): Tema Edisi: Model-Model Pemberdayaan Masyarakat dan Pendidikan Karakter Bangsa Vol 5, No 2 (2013): Tema Edisi: Model-Model Pemberdayaan Masyarakat dan Pendidikan Karakter Bangsa Vol 5, No 1 (2013): Tema Edisi: Multikulturalisme dan Interaksi Sosial Vol 5, No 1 (2013): Tema Edisi: Multikulturalisme dan Interaksi Sosial Vol 4, No 2 (2012): September 2012 Vol 4, No 1 (2012): March 2012 Vol 4, No 2 (2012): Tema Edisi: Kelompok-Kelompok Sosial Anak Tiri Modernitas Vol 4, No 2 (2012): Tema Edisi: Kelompok-Kelompok Sosial Anak Tiri Modernitas Vol 4, No 1 (2012): Tema Edisi: Kearifan Lokal Tidak Pernah Kering Vol 4, No 1 (2012): Tema Edisi: Kearifan Lokal Tidak Pernah Kering Vol 3, No 2 (2011): September 2011 Vol 3, No 1 (2011): March 2011 Vol 3, No 2 (2011): Tema Edisi: Pendidikan Karakter Perspektif Sosial Budaya Vol 3, No 2 (2011): Tema Edisi: Pendidikan Karakter Perspektif Sosial Budaya Vol 3, No 1 (2011): Tema Edisi: Tempat sebagai Aspek Kebudayaan Vol 3, No 1 (2011): Tema Edisi: Tempat sebagai Aspek Kebudayaan Vol 2, No 2 (2010): September 2010 Vol 2, No 2 (2010): Tema Edisi: Perempuan - Perempuan Marginal Vol 2, No 2 (2010): Tema Edisi: Perempuan - Perempuan Marginal More Issue